Kehidupan
beragama di Indonesia
Toleransi beragama di Indonesia kian memudar dan
menipis. Sikap hidup rukun beragama mulai terkikis dan sikap fanatisme dalam
beragama lebih dikedepankan. Dua Masjid besar yang berada di dua lokasi dan
sejumlah rumah Jemaat Ahmadiyah di Kabupaten Tasikmalaya dibakar dan dirusak
massa, minggu(5/5). Satu Masjid berlokasi di Kampung Kutawaringin, Desa
Tenjowaringin, Kecamatan Salawu dan satu Masjid lainnya di Kampung Babakan
Sindang RT 11/03, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Kaca Jendela
dan Rumah rusak. Persoalannya secara filosofis yang perlu dipertanyakan adalah
apakah negara dan warga negara Indonesia ini sudah benar-benar
mengaktualisasikan prinsip ketuhanan dalam kehidupan? Sebab, nyata intoleransi
beragama di Indonesia masih saja, termasuk terkait pendirian rumah ibadah GKI
Yasmin di Bogor, Jawa Barat.
Menurut saya kehidupan beragama seharusnya lebih
menghargai perbedaan yang ada dan tidak menganggap perbedaan sebagai tembok
pemisah. Sebaiknya jangan bersikap fanatic terhadap agama yang dianut tetapi
menjadi lebih fleksibel melihat ritual agama lain. Agama pada dasarnya
diciptakan sebagai sarana berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi bersikaplah
terbuka akan perbedaan dan hiduplah dengan rukun walau berbeda. Semua manusia
pada dasarnya ciptaan Tuhan dan diciptakan dari gambar dan rupa Allah oleh
karena itu jangan merusak gambar dan rupa Allah, karena sama saja menyakiti
Tuhan sebagai penciptanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar