Selasa, 23 Juli 2013

Kerukunan antar umat beragama itu indah


Konflik Agama kerap terjadi di Indonesia. Baik sesama agama ataupun berbeda. Bom di gereja, masjid dirusak, upacara keagamaan dilarang, adalah beberapa contoh betapa kerukunan hidup beragama di Indonesia masih sangat kurang. Namun tidak dengan masjid dan gereja di Solo ini. Dua tempat ibadah ini dibangun bersisian, bahkan satu tembok dan satu halaman.
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah terletak di Jalan Gatot Subroto no 222, Solo. Gereja dan masjid ini sudah berdiri sejak dulu dan tidak pernah ada konflik sedikitpun. Masing-masing jemaah melaksanakan ibadahnya dengan khusyuk tanpa saling mengganggu satu sama lainnya.
Tidak ada sekat tembok yang kokoh, atau batas pagar halaman yang tinggi. Satu-satunya penanda atau pemisah bangunan tersebut hanyalah sebuah tugu lilin tua, yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama. Saat hari raya masing-masing datang, mereka saling menghormati. Bila hari raya Idul Fitri menjelang, para jemaah gereja tidak mempermasalahkan bila masjid Al-Hikmah mengadakan takbiran dan salat Ied.

Begitu juga jemaah masjid, bila Natal akan datang, biasanya gereja akan berhias diri dan mereka tidak mempermasalahkan hal ini. "Kita merasa bangga, bisa hidup bersama meski dengan keyakinan berbeda," ujar Sajadi, salah satu jamaah masjid, ketika ditemui Rabu (18/7) dikutip dari merdeka.com. GKJ Joyodiningratan didirikan tahun 1939, sementara musala Al Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid didirikan tahun 1947. Selama itu, tidak pernah ada perselisihan, toleransi beragama memang sangat kental di sana.
"Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid," ucap Sajadi lagi. Ketika hari raya masing-masing tiba, jemaah biasanya saling membantu dengan bersama membersihkan halaman atau bersama memperbaiki bangunan bila ada yang perlu direnovasi ringan. Karena harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina, Jepang, Vietnam.
Memeluk satu agama adalah hak setiap manusia. Betapa indahnya bila semua makhluk beragama dapat saling menghargai dan hidup rukun seperti di Solo ini.
Andai di seluruh dunia bisa berdamai walaupun berbeda agama pasti ngga akan ada larangan membangun tempat beribadah, ngga akan ada kerusuhan yg mengatas namakan agama dan ngga ada fanatik terhadap suatu agama. Berbeda itu indah, asal semua orang pny mata hati yang terbuka dan mau menerima perbedaan yang ada..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar